Kejadian di Laboratorium PNA FKIK UIN Jakarta
Okin
Kejadian di Laboratorium PNA FKIK UIN Jakarta
Pada hari
ini, Rabu 24 Februari 2016 aktivitas keseharian tetap berjalan seperti biasa.
Sekitar pukul 07.00 saya berangkat bergegas ke kampus untuk melaksanakan
beberapa rangkaian kegiatan yang beberapa diantaranya sudah saya tulis pada
selembar kertas A4 karena saya terlalu sering mengalami peristiwa dimana semua
planning hari ini ingat sejak pagi bahkan sejak malam namun ketika sudah berada
di kampus lupa sehingga sering keteteran tidak sempat terselesaikan.
Sebelum
berangkat ke kampus, seperti biasanya membeli sarapan pagi walaupun nantinya
dimakan saat menjelang adzan zuhur. Bergegas memutar pedal sepeda untuk
melakukan aktivitas di Lab. Setiba d parkiran sepeda halamn kampus FKIK UIN
Jakarta sekitar pukul 07.15. Saya langsung melihat fotocopy namun karena
mungkin terlalu pagi sehingga belum ada tanda-tanda menerima pelayanan.
Rencananya saya mau menjilid proposal penelitian yang sudah beberapa kali
direvisi atas masukan dan saran dosen pembimbing saya. Melihat fotocopy masih
tutup, rasanya sayang sekali jika saya menghabiskan waktu untk menunggu
fotocopy buka yang belum pasti jadwal bukanya kapan. Maka dari itu saya
bergegas ke markas. Hehehe. Lab PNA, namun seperti biasa juga sebelum masuk lab
membuka pintu terlebih dahulu sehingga harus mengambil kunci kepada OB yang
bertugas disana. Akan tetapi, saya melihat dari kejauhan ada cahaya terang menyinari
lantai dari lab seberang (PBB) dan saya pikir bahwa ada seseorag yang lebih
dulu tiba ke kampus. Dan ternyata betul, Ncik (Nurul Fitri Rukmana) sendirian terlihat
sibuk menghadap ke salah satu alat lab yang saya kurang begitu jelas melihatnya
karena saya hanya fokus mengambil kunci.
Tibanya di
lab PNA, saya buka pintu utama, menyalakan kipas ventilasi, menyalakan lampu
dan masuk ke ruangan laboran mengambil remote untuk menyalakan ac lalu kemudian
mengembalikan kunci tersebut ke tempat semula. Pertama kali saya meletakkan tas
di atas meja lalu mengeluarkan log book, laptop, wadah pensil yang berisikan
beberapa barang alat tulis dan lain-lain, mengenakan jas lab. Selanjutnya saya
membersihkan interior lemari asam dan di sekitarnya menggunakan beberapa lembar
tissue dan etanol. Sekitar 10 menit berlalu, sesuatu yang diluar pemikiran saya
terjadi. Pada saat saya mengusap dinding interior bagian lemari asam tiada
suara seorangpun, suara apapun, sehingga senyap sepi. Namun di saat itu juga
tiba-tiba terdengar suara bisikan menyebut namaku. Tepat bisikannya tiba dari
belakang di samping kiri telinga saya. “okiiin”. Kata-kata ini persis yang
sering saya dengar dari teman saya Denny Bachtiar, bahkan suaranya mirip,
sangat mirip. Namun setelah saat suara itu terdengar, secara spontan saya
melihat ke arah belakang, tapi apa...? tak ada satupun orang, ataupun Denny. Langsung
merinding dan bergetar otot leherku. Kalimat istighfar senantiasa terucap tadi
pagi. Terus kepikiran,,,
Proses
membersihkan lemari asam terus saya lanjutkan, setelah itu saya mengambil salah
satu dari sekian banyak bunsen di samping Laminar
Air Flow. Karena keterbatasan bunsen layak pakai, akhirnya saya mengambil
bunsen kecil yang dibuat dari vial berukuran besar, lalu saya isi dengan
spiritus. Setelah itu, saya menyalakan dengan menggunakan pematik api dan
akhirnya apinya menyambar ke dalam botol. Posisi botol saya letakkan di atas
meja panjang tepat di hadapan lemari asam. Ketika apinya menyambar spiritus di
dalam botol, secara spontan saya menarik tangan saya dan berusaha sedikit
menjauh. Namun yang aneh, pada saat saya berhasil menarik tangan, botol
tersebut tumpah ke arah tangan dan spiritusnya tumpah di pergelangan tangan
hingga ujung jari tangan kiri. Saat ini saya tidak menggunakan sarung tangan,
hanya menggunakan jas lab. Apinya berwarna biru, namun api yang sempat
menyambar kulit tanganku secara cepat dapat kupadamkan akan tetapi api di
lantai masih menghabiskan sisa spiritus yang tumpah di atas permukaan lantai
bahkan apinya sempat menjalar ke lemari loker. Saya berlari ke arah wastafel
melangkah api yang sedang menyala, mengambil lap tangan membasahinya dengan air
keran lalu kututupkan pada api yang sedang menyala, alhamdulillah semuanya bisa
teratasi.
Api sudah
padam dan sekitar 10 menit kemudian mba Rani (laboran lab PNA) datang dengan
kedua kelopak matanyanya yang masih tebal langsung memberikan nasihat kepada
saya agar menjaga kebersihan serta membuat jadwal piket agar tertata dengan
rapi. Dengan lapang dadanya saya menerima dengan baik nasihat dari beliau. Mba
Rani tiba-tiba bertanya, Okin kenapa ini basah (lantai)?? Saya bilang tadi ada
yang tumpah mba, saya pel’in jadi masih basah. Tidak lama setelah itu, uyuy
(Nursetyowati Rahayu) juga tiba di lab. Dengan berjalannya waktu, semakin ramai
yang berkunjung ke lab ini melakukan aktivitas rutinnya dan kegiatanku untuk
melakukan fermentasi alhamdulillah berjalan lancar.
Pada siang
hari menjelang sore sekitar pukul setengah 4 saya ke perpus lantai 2 dengan
maksud membaca literatur dalam mempersiapkan diri, mengetahui lebih jauh
mengenai ilmu-ilmu terkait dengan penelitianku. Karena kondisinya juga sangat
sepi, terlihat dari kejauhan di ruangan komputer ada rekan satu penelitianku,
Eha (Khoiriyatus Sholihah dan Lilis (Lilis Hermawati) yang juga sama melakukan
kegiatan sepertiku. Tak lama kemudian sesuatu yang menurut saya kurang baik terjadi.
Apakah saya masih trauma dengan kejadian tadi pagi atau bagaimana sehingga pada
saat itu saya jelas-jelas mendengar suara jeritan anak kecil dari kejauhan.
Kurang begitu ngeh suara anak tersebut laki-laki atau perempuan. Namun saya
tetap khusnuzon, berprasangka baik, beranggapan bahwa itu merupakan ringtone hp teman lain yang berada di
ruangan sebelah.
Waktu tak terasa hampir menunjukkan
pukul 16.00, karena ada janjian sama pembimbing untuk melakukan diskusi terkait
revisi proposal Ibu Eka Putri walaupun akhirnya ditunda jadi besok pagi.
Akhirnya saya pun pulang dan berakhir pula semua kegiatan di kampus hari itu.
Semua aktivitas sudah dilakukan, hari itu terasa singkat namun bagiku seakan tak
berujung...!!!
woy, sebegitu terngiangnya aku di telinga kau rupanya kin
BalasHapus